Feeds:
Pos
Komentar

kprSaat Anda baru mulai hidup mandiri, terpisah dari orang tua, kemungkinan besar Anda kos atau mengontrak rumah. Tapi seiring waktu, tentu Anda ingin memiliki rumah sendiri. Masalahnya, sekadar menabung untuk membeli rumah secara tunai boleh dikata mustahil. Tiap tahun harga properti naik, sementara nilai uang di rekening tabungan Anda tergerus inflasi. Di sinilah pinjaman KPR bisa membantu. Pun, membeli rumah dengan KPR menawarkan beragam keuntungan ekstra.

Biaya Awal Ringan
Kalau dana terbatas, membeli rumah dengan KPR memungkinkan Anda untuk memiliki rumah dengan biaya awal yang tidak terlalu besar. Asalkan Anda memenuhi syarat yang bank tetapkan, uang tunai yang perlu Anda siapkan di awal adalah 30 persen dari harga rumah (untuk uang muka yang dibayarkan ke pengembang properti), cicilan bulan pertama, dan biaya administrasi legal.

Ada pula KPR yang ditawarkan beserta subsidi berupa keringanan uang muka.

Rumah Siap Dihuni
Membeli rumah dengan KPR berarti Anda bisa langsung menghuni rumah itu, bahkan sebelum cicilan pinjaman lunas.

Investasi Jangka Panjang
Kalau rumah yang Anda beli dengan KPR itu berada di lokasi yang strategis, nilai rumah akan meningkat luar biasa dalam beberapa dekade. Bahkan, setelah Anda melunasi seluruh pinjaman KPR, nilai rumah Anda bisa saja melebihi total uang yang Anda bayarkan ke bank.

Legal
Bank hanya membiayai pembelian rumah yang dilengkapi sertifikat. Sebelum menerima sertifikat itu, bank mengecek keabsahannya lewat Badan Pertanahan Nasional (BPN). Artinya, legalitas rumah yang Anda beli aman dan terjamin.

Terlindungi dari Kebakaran
Bank juga mensyaratkan adanya asuransi properti, yang preminya tercantum dalam cicilan bulanan KPR, untuk melindungi rumah Anda dari risiko kebakaran.

Pengembang Tepercaya
Bunga kredit adalah salah satu sumber pemasukan bank. Karenanya, kalau pengembang batal atau mundur dari pembangunan rumah Anda, yang rugi bukan hanya Anda, tapi juga bank. Karena itulah bank memilih bekerja sama dengan pengembang properti yang bereputasi baik.

Keuntungan Bisnis
Kalau Anda menyewakan rumah yang Anda beli dengan KPR, kemudian menggunakan uang sewa itu untuk membayar cicilan bulanan, artinya Anda memperoleh rumah secara gratis. Tapi, lakukan langkah ini hanya kalau Anda memiliki alternatif tempat tinggal ya.

Sumber: iMoney

Buku Mengislamkan JawaJakarta (Antara) – Peneliti asal Australia Merle Calvin Ricklefs membukukan sejarah pengislaman di tengah masyarakat Jawa sejak era kolonial hingga pascareformasi yang berjudul “Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang”.

“Dalam buku itu, saya berusaha menggambarkan bagaimana studi mengenai masyarakat Jawa juga berimplikasi pada tingkat global, sebagai bagian perkembangan universal, yaitu kebangkitan kembali pengaruh agama dalam kehidupan seseorang,” kata Ricklefs dalam diskusi buku ketiganya tentang Islam Jawa di Jakarta, Senin (25/11) malam.

Dalam pengantarnya, pensiunan dosen Sejarah Asia Tenggara di National University of Singapore itu menyebut buku setebal 887 halaman itu merupakan buku terjemahan dari volume terakhir seri bukunya yang membahas sejarah Islamisasi di kalangan masyarakat Jawa.

Selain membahas pengislaman masyarakat Jawa, Ricklefs juga mengangkat keterkaitan agama dan politik; hubungan antara kedua bentuk otoritas, pengetahuan dan kekuasaan; serta pihak-pihak yang memegang otoritas, pengetahuan, dan kekuasaan itu.

“Bab terakhir dari volume ini mengupas beragam topik yang luas dan universal,” kata penulis buku “Mystic Synthesis in Java: a History of Islamization from the Fourteenth to the Early Nineteenth Centuries” itu.

Ricklefs mengatakan bahwa kajian sejarah Islam di Jawa mempunyai signifikasi terhadap kajian agama-agama di dunia.

“Dahulu pada tahun 1960-an ada banyak pendapat bahwa modernisasi berarti harus sekularisasi dan itu tidak betul. Sekarang, modernisasi sejalan dengan intensifikasi agama, yaitu sesuatu yang hidup dalam diri sendiri dan bukan sebagai identitas budaya atau sosial, kecuali di Eropa Barat dan sejumlah tempat lain,” kata Ricklefs.

Peneliti Politik Center for Strategic and International Studies (CSIS), Philips J. Vermonte, mengatakan bahwa buku “Mengislamkan Jawa” memberi konteks baru dalam kajian politik elektoral.

“Islam itu, karena mayoritas di Indonesia, menjadi faktor elektoral yang penting. Dari sisi elektoral, faktor-faktor Islam ini, kontribusi apa Islam terhadap elektoral politik,” kata Philips.

Philips mengatakan bahwa kajian buku “Mengislamkan Jawa” dalam konteks politik menjelang Pemilihan Umum 2014, yaitu kecenderungan partai-partai Islam yang tidak mempunyai tokoh yang sesuai dengan karakteristik para pemilihnya.

“Mungkin sebenarnya tokohnya ada, ketua partai politik dan ketua organisasi itu kan juga tokoh. Akan tetapi, yang terjadi adalah masyarakat pemilih itu sudah berbeda dari pemimpin politiknya,” kata Philips.(rr)
Sumber AntaraNews

bolaPatung Kristus Sang Penebus di Gunung Corcovado, Rio de Janeiro, adalah bukti betapa Brasil adalah negara yang identik dengan agama Katolik. Meski demikian, tercatat ada 35 ribuan muslim di sana (sensus 2010) yang sebagian besar menetap di negara bagian Sao Paulo dan Parana.

Dari negara bagian Sao Paulo inilah cerita soal Al Shabab dimulai. Pada Mei 2012, sebagaimana dilaporkan Brazil-Arab News Agency, seorang pebisnis keturunan Lebanon bernama Gaber Arraji mendirikan klub sepak bola yang beranggotakan muslim, karena dia menyadari masih sedikit orang Islam di Brasil yang berprofesi pemain sepak bola. Dalam bahasa Arab, Al Shabab berarti pemuda.

Arraji kemudian menggandeng mantan pemain Atletico do Parana, Gustavo Caiche untuk mewujudkan idenya ini. Untuk tahap awal, mereka mempromosikan klub ini ke sekolah-sekolah Islam di kawasan Sao Paulo. Hasilnya lumayan. Hingga akhir tahun 2012, sudah ada 78 pesepakbola muda yang bergabung, semua berusia di bawah 20 tahun. Uniknya, justru hanya 12 yang muslim.

Di klub ini, aturan-aturan Islam ditegakkan, misalnya soal makanan, waktu salat, latihan di bulan Ramadan, dan soal perlakuan pemain terhadap rekan-rekannya. Makanan haram tidak disajikan di sini. Kemudian, ketika waktu salat tiba, latihan dihentikan. Pada bulan Ramadan, latihan digeser ke malam hari seperti yang jamak kita temui di Indonesia.

Terakhir, di antara para pemain ini juga diterapkan larangan untuk mengumpat, bahkan untuk sekadar mengejek rekannya “bodoh” sekalipun. Jika ketahuan, hukuman push-up dan squat-jump siap menanti.

Di sini, para pemain, sering diberi wejangan mengenai agama Islam. Ada seorang ulama setempat yang memberikan siraman rohani kepada para pemain. Dari sini, banyak pemain non-muslim yang kemudian tertarik untuk mengetahui dan mempelajari Islam.

Meskipun tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, Arraji seperti dikutip Brazil-Arab News Agency, mengatakan bahwa ada beberapa pemain non-muslim yang minta diajari agama Islam secara lebih mendalam karena ingin menjadi mualaf.

Sejak Januari 2013, Al Shabab sudah mengikuti kompetisi junior tingkat negara bagian Sao Paulo meski untuk itu, mereka harus bekerjasama dengan klub Sao Jose karena mereka belum berafiliasi dengan federasi sepak bola Sao Paulo.

Sampai saat ini, Al Shabab belum memiliki markas sendiri. Mereka masih harus menumpang berlatih di Stadion Municipal Antonio Fernandes di Guaruja. Stadion ini sendiri merupakan milik dari pemerintah kota Guaruja, sebuah kota kecil di tepi pantai negara bagian Sao Paulo.

Arraji berharap adanya kerjasama dengan komunitas Islam atau perusahaan yang dimiliki oleh pengusaha Islam agar klub ini bisa bertahan dan berjalan secara mandiri. Arraji juga tidak menutup kemungkinan untuk berafiliasi dengan klub yang lebih mapan, terutama klub-klub yang berasal dari jazirah Arab.

Terlepas dari larangan makan makanan haram dan penghormatan atas ibadah salat dan puasa, ajaran menghormati kolega yang ditanamkan di Al Shabab adalah nilai-nilai universal yang sudah semestinya ditanamkan di mana pun.

Keberadaan tim seperti Al Shabab layak diapresiasi karena mereka tidak hanya bermanfaat di satu bidang saja. Pada hakikatnya, sepak bola adalah milik masyarakat dan jika masyarakat bisa mendapat manfaat dari sini, di situlah letak keberhasilan yang sesungguhnya.
Sumber Yahoo.com (Yoga Cholandha)

xinjiang-muslim&mapXinjiang – Muslim Uighur di Cina tak tenang menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Menurut juru bicara World Uighur Congress, Dilxadi Rexiti, para pejabat pemerintah berulang kali masuk ke rumah-rumah warga Uighur untuk memaksa mereka makan dan minum pada siang hari di bulan Ramadan.

Laporan lain oleh Uighur American Association (UAA) menyatakan pemilik restoran di Hotan wajib buka selama Ramadan. “Bahkan jika ditutup karena sedang melakukan perbaikan, mereka didenda,” kata laporan UAA.

Selain itu, Karamay Daily melaporkan, akses kaum Muslim masuk ke masjid dibatasi. Rexiti menyatakan, pengajian sepenuhnya dilarang dan tempat-tempat ibadah diawasi ketat, terutama di utara kota Karamay.

Pegawai pemerintah, dosen dan mahasiswa juga didenda jika berpuasa. Menurut laporan tahunan USCIRF, banyak Muslim Uighur dipenjara karena terlibat dalam kegiatan keagamaan. “Diluncurkan atas nama stabilitas dan keamanan, Beijing melakukan penindasan terstruktur terhadap Muslim Uighur, termasuk penargetan pertemuan pribadi yang damai untuk studi agama dan ibadah,” kata Katrina Lantos Swett, ketua Komisi AS tentang Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), seperti dikutip oleh The Muslim Village pada Senin.

“Pembatasan agama yang sangat agresif sangat mengganggu bagi kehidupan Muslim Uighur,” kata Presiden UAA Alim Seytoff. Ia menyatakan, pengawasan ketat justru akan semakin memancing kemarahan rakyat Uighur. “Kekerasan bisa meletus lagi karena tindakan represif yang sistematis.”

Pengamat Cina di Singapura memperingatkan situasi di Xinjiang lebih dari masalah keamanan lokal. “Cina perlu mengelola minoritas dengan lebih baik,” kata Ronan Gunaratna, kepala Pusat Internasional untuk Penelitian Kekerasan Politik dan Terorisme Singapura.

Pengawasan ketat Cina atas Uighur, kata ahli lain, hanya akan membawa Cina memasuki “lingkaran setan” yang hanya menciptakan lebih banyak kebencian. Langkah-langkah ini benar-benar mengancam gejolak  yang berpotensi pecah sewaktu-waktu baik di tingkat regional, atau bahkan nasional.

“Cina bisa meledak di mana saja, tapi Xinjiang berada di barisan depan,” kata Kerry Brown, direktur Pusat Studi Cina di Universitas Sydney.

Etnis Uighur adalah minoritas berbahasa Turki dengan delapan juta warga di wilayah Xinjiang barat laut. Xinjiang, kerap disebut Turkestan Timur, menjadi otonom sejak tahun 1955, namun terus menjadi subyek tindakan keras aparat keamanan Cina.

Kelompok-kelompok HAM menuduh pihak berwenang Cina bersikap represif terhadap Muslim Uighur di Xinjiang atas nama mencegahan terorisme. Muslim menuduh pemerintah berusaha memberangus jutaan etnis Han di wilayah mereka dengan tujuan akhir melenyapkan identitas dan budaya.

Sumber: TEMPO.CO

ciaJakarta – Peranan Amerika Serikat dalam pemberontakan yang dilakukan di Suriah, ternyata tidak hanya pada dukungan politis semata. Dukungan (CIA) lembaga intelijen AS kepada kaum pemberontak, terbongkar.

Terungkapnya peranan CIA tersebut diungkapkan New York Times dalam laporannya, Senin (25/3) waktu setempat. CIA berada di tengah-tengah Arab dan Turki yang sama-sama mendukung tergulingntya rezim Bashar al-Assad.

Dalam laporan itu, disebutkan CIA berperan dalam mengakomodir lalu lintas persenjataan untuk oposisi. Sejumlah pejabat pihak oposisi juga mengkonfirmasi adanya bantuan CIA.

Proses pengangkutan senjata yang awalnya dalam skala kecil pada awal 2012, meningkat tajam belakangan ini. Sebanyak 160 penerbangan kargo militer dari Jordania, Arab Saudi dan Qatar diduga ‘diamankan’ oleh CIA.

CIA juga diduga membantu pengadaan senjata secara besar-besaran dari Kroasia. Lembaga intelijen ini lantas menentukan oposisi mana saja yang berhak menerima bantuan senjata.

Kelompok oposisi Suriah gencar melakukan serangan kepada rezim Bashar sejak dua tahun silam. Awalnya, aksi protes warga yang semula damai berubah menjadi peran yang memanas.
Sumber: DetikNews

Jakarta Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Dia bahkan belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia.

Statemen Hasyim itu hari ini beredar luas lewat blackberry messanger. Hasyim yang dikonfirmasi detikcom, Sabtu (2/6/2012) membenarkan bahwa itu pernyataannya yang dia ucapkan saat menghadiri diskusi Peran Tokoh Islam dalam Perumusan Pancasila di gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (1/6) malam. Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh seperti Amien Rais dan Jimly Asshiddiqie.

“Selaku Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) dan Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS), saya sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia,” ujarnya.

Hasyim menyatakan, kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi politik Barat. “Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam,” katanya.

“Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai,” imbuhnya.

Kalau ukurannya pendirian gereja, kata Hasyim, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. “ICIS selalu melakukan mediasi,” katanya.

“Kalau ukurannya Lady Gaga dan Irshad Manji, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong? Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI/Polri/imam masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?” ujarnya.

Hasyim menilai, Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan menara masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. “Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?” tanyanya

“Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekadar Westernisme,” kata Hasyim.
Sumber: DetikNews